Keberhasilan pendidikan salah satunya ditentukan oleh kurikulum pendidikan yang
disusun berdasarkan kebutuhan zaman. Era abad ke-21 merupakan era globalisasi.
Pada era ini dibutuhkan kurikulum yang dapat mendorong pembelajaran yang
menghasilkan siswa yang tangguh. Artinya, siswa yang dapat memiliki kemampuan
untuk mempertahankan hidupnya (human survival).
Selain itu, pendidikan juga
harus menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu menghadapi tantangan era
globalisasi tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsa.
Kurikulum 2013 disusun untuk menjawab kebutuhan zaman. Kurikulum 2013
dikembangkan dalam bentuk Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Kompetensi
Inti terdiri atas empat dimensi yang terkait satu sama lain. Keempat dimensi
tersebut adalah: sikap spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan
keterampilan (KI 4). Pengembangan Kompetensi Dasar untuk KI 1 dan KI 2 hanya
terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta PPKn.
Kurikulum yang mengedepankan pencapaian kompetensi tersebut membawa
konsekuensi bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa.
Siswa didorong
untuk terlibat aktif dan komprehensif dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa
secara aktif dan komprehensif tersebut akan memberikan pemahaman mendalam
dan peluang besar pada pengalaman belajar yang berada di long term memory.
Penerapan Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran di sekolah dasar
menggunakan pendekatan tematik terpadu. Salah satu pendukung proses
pembelajaran adalah buku Tematik Terpadu yang diterbitkan oleh Pemerintah.
Mata pelajaran yang dapat dipadukan adalah PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya dan
Prakarya (SBdP), dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK).
Pada perkembangannya, untuk kelas tinggi (IV, V, dan VI) mata pelajaran
Matematika dan PJOK dipisahkan dari Buku Tematik Terpadu. Keputusan
pemisahan mata pelajaran tersebut ada berbagai alas an, diantaranya adalah
materi/pembahasan muatan Matematika pada buku tersebut terasa dangkal. Oleh
karena itu, siswa tidak mendapatkan pemahaman konsep matematika secara
mendalam. Dengan demikian, perlu digunakan buku Matematika secara terpisah.
Alasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Matematika memiliki karakteristik objek kajian dan metode yang berbeda
dengan mata pelajaran lain. Objek kajian matematika bersifat abstrak, metode
untuk melakukan kajian terhadap objek matematika bersifat deduktif, tentunya
dengan tidak mengabaikan pengembangan kecakapan 4 C (Critical, Creative,
Colaboratif, Dan Communication).
b. Kebermaknaan pembelajaran matematika di SD/MI salah satunya dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran matematika dalam konteks dunia nyata
siswa. Pembelajaran dengan mengambil konteks kehidupan nyata tersebut
dapat dicapai melalui pembelajaran tematik terpadu.
c. Kebermaknaan pembelajaran merupakan energi bagi peningkatan motivasi
belajar siswa, ketika motivasi sudah dimiliki pembelajaran tidak harus selalu
dikaitkan dengan dunia nyata/tema, karena pembelajaran matematika dengan
tema memiliki keterbatasan dalam mengakomodir struktur dan konten
matematika secara utuh.
Oleh karena itu, ketika konteks sudah diperoleh,
pembelajaran Matematika dapat dilakukan dengan pemahaman konsep
matematika secara utuh.
Demikian juga alasan yang serupa diambil untuk menjelaskan mengapa mata
pelajaran PJOK harus diajarkan dengan buku terpisah. Alasan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. PJOK memiliki karakteristik objek kajian dan metode yang berbeda dengan
mata pelajaran lain. Objek kajian PJOK berupa gerak, pembelajaran PJOK
banyak dilakukan melalui mengobservasi dan mencontoh, kemudian
melatihkannya secara berulang, tentunya dengan tidak mengabaikan
pengembangan kecakapan 4C (Critical, Creative, Colaboratif, Dan
Communication).
b. Kebermaknaan pembelajaran PJOK di SD/MI salah satunya dapat ditingkatkan
melalui pembelajaran PJOK dalam konteks dunia nyata siswa, hal ini salah
satunya dapat dilakukan melalui pembelajaran tematik.
c. Kebermaknaan pembelajaran merupakan energi bagi peningkatan motivasi
belajar siswa. Namun ketika dikaitkan dengan tema, terdapat beberapa materi
2
Panduan Pembelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
pembelajaran PJOK yang memiliki keterbatasan dalam mengakomodir struktur
dan konten PJOK secara utuh. Oleh karena itu, tidak semua materi yang
berkaitan dengan KD dapat diakomodir secara cukup oleh buku tematik.
d. Pembelajaran PJOK banyak dilakukan dengan gerakan anggota tubuh yang
harus dimulai dengan pemanasan terlebih dahulu, sehingga membutuhkan
waktu yang relatif lama.
e. Banyak gerakan-gerakan dalam pembelajaran PJOK yang tidak dipahami
sepenuhnya oleh guru kelas, sehingga dapat mengakibatkan cedera bagi siswa.
f. Pada umumnya pembelajaran PJOK mengakibatkan siswa berkeringat,
sehingga mengganggu proses pembelajaran lain bila terintegrasi.
g. Untuk memberdayakan keberadaan guru mata pelajaran PJOK yang tersedia
hampir di semua SD.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sudah menetapkan buku teks pelajaran yang layak digunakan dalam
proses pembelajaran untuk mata pelajaran Matematika dan PJOK yang disajikan
secara terpisah dari Buku Tematik Terpadu. Oleh karena itu, diperlukan panduan
pelaksanaan pembelajaran matematika dan PJOK untuk SD/MI di kelas IV, V dan VI.
Panduan ini secara keseluruhan memuat penjelasan tentang latar belakang, tujuan,
dan sasaran diterbitkannya panduan ini; karakteristik mata pelajaran Matematika
dan PJOK; perancangan dan pembelajaran Matematika dan PJOK.[
download]