Hari Raya Saraswati

August 18, 2017
Manifesasi Dewi Saraswati


Hari Raya Saraswati

Saniscara Umanis Wuku Watugunung merupakan perayaan Hari Raya Saraswati. Kata Saraswati berasal dari Bahasa Sansekerta, tersusun atas kata ‘Saras” yang memiliki arti 'sesuatu yang mengalir’ atau “ucapan”. Sedangkan, “Wakti” artinya ‘memiliki”. Jadi, secara etimologis kata “Saraswati” berarti sesuatu yang mengalir atau makna dari ucapan.

Bagi umat Hindu, hari Raya Saraswati merupakan peringatan hari turunnya ilmu pengetahuan ke dunia. Pada hari ini, semua pustaka suci, buku, sastra dikumpulkan sebagai lambang stana Dewi Saraswati untuk dihaturkan persembahan berupa banten Saraswati yang dilengkapi dengan air kumkuman (air kembang). 

Wujud Perayaan Hari Saraswati


Saraswati dimanifestasikan sebagai dewi yang sangat cantik dengan berpakaian bersih, memiliki empat tangan yang membawa alat musik (wina), pustaka suci, genitri, teratai, dan duduk di atas angsa. Simbol-simbol tesebut memiliki makna filosofi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Alat musik sebagai simbol terciptanya alam yang kemudian indah terdengar dalam balutan nada dan melodi. Genetri merupakan simbol kekekalan dari ilmu pengetahuan yang tiada berakhir untuk dipelajari. Pustaka suci menjadi simbol sumber dari ilmu pengetahuan. Teratai merupakan bunga yang indah dan dapat hidup diatas genangan air/lumpur sebagai lambang kesucian. Sedangkan angsa, sebagai lambang kebijaksanaan. Ini mengamdung makna bahwa pengetahuan dapat membuat manusia bijak dalam memilah dan memilih pengetahuan sehingga bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Memaknai Simbol Saraswati di Dunia Pendidikan

Sebagai sebuah manifestasi ilmu pengetahuan, perayaan Saraswati khususnya bagi Umat Hindu menjadi puncak penghormatan terhadap ilmu pengetahuan. Memaknai hari raya Saraswati saat ini lebih dilakukan dalam bentuk meningkatkan pengetahuan diri yang dibarengi dengan peningkatan karakter. Di era global, perkembangan pengetahuan mengalir dengan derasnya. Seperti layaknya filosofi Genetri, pengetahuan tidak akan pernah ada ujung pangkalnya. 

Disadari bahwa, dunia pendidikan saat ini selalu berbenah menjadi lebih baik. Pustaka suci atau sumber pengetahuan saat ini tidak hanya guru semata. Perubahan paradigma pendidikan dari teacher centre telah bergeser ke arah student centre. Artinya, guru haru semakin berbenah dalam berbagi pengetahuan dengan peserta didiknya. Tidak hanya siswa, pengetahuan guru pun harus ‘diupgrade’. 

Pemerolehan ilmu pengetahuan setidaknya melalui jalur belajar, mendengar, dan mendapatkan pengalaman secara langsung. Ibaratkan alat musik, peserta didik bisa saja adalah alat musik ritmis, aaupun melodis. Mereka memiliki nada-nada masing-masing. Dikaitkan dengan pendidikan, merupakan tugas guru untuk meramu perolehan pengetahuan sesuai dengan karakteristik peserta didik yang unik tersebut, agar tercipta melodi yang harmonis dari nada-nada dasar anak. Sungguh berat memang. 

Walaupun demikian, "berbesarhatilah" para guru, kelak jika anak didikmu mampu menjadi teratai dalam kehidupannya. Mereka bisa berbagi solusi, ide, kreatifitas dalam membangun bangsa dan "menawarkan" kebutaaksaraan di masa mendatang. Ditengah luasnya pengetahuan yang mereka miliki, terbangun pula karakter kuat dalam menentukan pilihan atau wiweka. Wiweka artinya suatu kemampuan untuk membeda-bedakan yang baik dengan yang jelek dan yang benar dengan yang salah. Layaknya angsa,dapat memilih makanan diantara lumpur-lumpur yang dilalui. 

Sebagai akhir, semoga dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki dapat senantiasa menuntun di jalan dharma. 

(Diolah dari berbagai sumber)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »