Gerakan Nasional Pendidikan Karakter yang secara intensif telah
dimulai sejak tahun 2010 sudah melahirkan sekolah-sekolah rintisan yang
mampu melaksanakan pembentukan karakter secara kontekstual sesuai
dengan potensi lingkungan setempat. Rencana Aksi Nasional Pendidikan
Karakter 2010 juga memperoleh dukungan dari masyarakat madani dan
Pemerintah Daerah.
Pemerintah menyadari bahwa Gerakan Nasional Revolusi Mental
yang memperkuat pendidikan karakter semestinya dilaksanakan oleh
semua sekolah di Indonesia, bukan saja terbatas pada sekolah-sekolah
binaan, sehingga peningkatan kualitas pendidikan yang adil dan
merata dapat segera terjadi.
Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah
diharapkan dapat memperkuat bakat, potensi dan talenta seluruh peserta
didik.
Lebih dari itu, pendidikan kita sesungguhnya melewatkan atau
mengabaikan beberapa dimensi penting dalam pendidikan, yaitu olah
raga (kinestetik), olah rasa (seni) dan olah hati (etik dan spiritual) (Effendy,
2016). Apa yang selama ini kita lakukan baru sebatas olah pikir yang
menumbuhkan kecerdasan akademis. Olah pikir ini pun belum mendalam
sampai kepada pengembangan berpikir tingkat tinggi, melainkan baru
pada pengembangan olah pikir tingkat rendah.
Persoalan ini perlu diatasi
dengan sinergi berkelanjutan antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan
masyarakat melalui penguatan pendidikan karakter untuk mewujudkan
Indonesia yang bermartabat, berbudaya, dan berkarakter.
Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010
mengeluarkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter untuk
mengembangkan rintisan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia dengan
Daerah, lembaga swadaya masyarakat sehingga program pendidikan
karakter bisa terlaksana dengan baik.
Banyak satuan pendidikan telah melaksanakan praktik baik (best
practice) dalam penerapan pendidikan karakter.
Dampak dari penerapan
ini adalah terjadi perubahan mendasar di dalam esosistem pendidikan
dan proses pembelajaran sehingga prestasi mereka pun juga meningkat.
Program PPK ingin memperkuat pembentukan karakter siswa yang
selama ini sudah dilakukan di banyak sekolah.
Dalam diskusi Praktik Baik Sekolah Pelaksana Penguatan Pendidikan
Karakter yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah pada tanggal 14 September 2016, Kemendikbud
menemukan bahwa sebagian besar sekolah yang diundang sudah
menerapkan pendidikan karakter melalui pembiasaan dengan kegiatan
penumbuhan dan pembudayaan nilai-nilai karakter yaitu yang disepakati
oleh masing-masing sekolah.
Kerja sama dan komitmen dari kepala
sekolah, guru, dan orangtua umumnya menjadi menjadi faktor kunci
keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di masing-masing sekolah
tersebut.
Penerapan penguatan pendidikan karakter akan berjalan dengan
baik bila kepala sekolah sebagai pemimpin mampu menjadi pemimpin
yang dapat dipercaya dan visioner. Menjadi orang yang dapat dipercaya
berarti Kepala Sekolah merupakan sosok berintegritas, mampu menjadi
manajer yang berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran
melalui pembentukan karakter. Visioner berarti kepala sekolah memiliki
visi jauh ke depan tentang kekhasan, keunikan, dan kualitas sekolah
(schoolbranding) yang akan ia bangun. Kemampuan manajerial kepala
sekolah untuk menggali potensi lingkungan sebagai sumber belajar dan
mengembangkan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan
dalam ekosistem pendidikan yang ada untuk mendukung program
sekolah sangat diperlukan.
[download] Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter
EmoticonEmoticon