Puisi diciptakan sebagai karya sastra yang dapat mencerminkan kisah nyata, konflik sosial,maupun bentuk imajinasi penulis. Kini banyak puisi dikumpulkan menjadi sebuah buku. Seperti halnya, kumpulan puisi karya Ibu Ida Ernawati dalam buku "Merenda Asa dalam Jalinan Kata". Buku yang bersampul biru dengan bunga di bagian bawah sebelah kiri, tampak sederhana, namun elegan dan sangat bersahaja.
Merenda Asa dalam Jalinan Kata”, membaca judul ini, yang tersirat di pikiran adalah rangkaian beberapa kata dalam bentuk puisi yang merupakan jelmaan sebuah asa dari dalam diri sang penyair. Ketika membacanya tergambar jelas serba-serbi kehidupan dalam kaca mata seorang penyair. Beliau sangat tajam dalam memandang dunia dari segala sisi. Ada cinta dengan air matanya, ada kebangkitan dari sebuah keterpurukan, ada persekongkolan untuk sebuah penyimpangan, dan lain-lain.
Sampul Kumpulan Puisi Merenda Asa dalam Jalinan Kata |
Merenda Asa dalam Jalinan Kata”, membaca judul ini, yang tersirat di pikiran adalah rangkaian beberapa kata dalam bentuk puisi yang merupakan jelmaan sebuah asa dari dalam diri sang penyair. Ketika membacanya tergambar jelas serba-serbi kehidupan dalam kaca mata seorang penyair. Beliau sangat tajam dalam memandang dunia dari segala sisi. Ada cinta dengan air matanya, ada kebangkitan dari sebuah keterpurukan, ada persekongkolan untuk sebuah penyimpangan, dan lain-lain.
Mari sejenak kita membaca deret suku kata dan kata dalam puisi berjudul Tata Sama Rara dan TPP N PPT, berikut ini!
Membaca kedua puisi karya Ida Ernawati, mengingatkan saya tentang realita hidup manusia dalam menjalani kehidupannya. Sebut saja puisi yang berjudul“ Tata Sama Rara dan TPP n PPT” di atas, keduanya berbincang mesra tentang hingar bingar gemerlap dunia. Kesepakatan yang telah terjalin menggeser makna positif dari pinsip “keadilan”. Tata Sama Rara asyik bercengkrama dalam bingkai bagi-bagi kekuasaan akibat mata yang sudah terpukau oleh pesona pundi-pundi. Entah itu pundi kekuasaan, harta, dan kemashyuran. Tata Sama Rara menikmati kebersamaan hingga akhirnya pundi-pundi mulai terkuak asal muasalnya. Lagi-lagi, Tata Sama Rara memulai persekongkolan seakan-akan mereka mempunyai pembenaran.
Lebih jauh tentang puisi berjudul “TPP dan PPT”, tergambar di situ sebuah situasi betapa dunia telah menuntun kita pada pundi-pundi yang telah membuat kita terpesona. Kita pun lupa jika hidup tak sebatas memperebutkan atau menumpuk pundi-pundi. Hakikat hidup bukan itu. Hakikat hidup adalah menjalankan segala titahNya dan menjauhi segala laranganNya. TPP yang merupakan kependekan dari Terpesona Pundi-pundi, Teriak pundi-pundi, sedang PPT kepanjangannya adalah Pundi-pundi Terlarang, Pundi-pundi Terkuak, sungguh tak disangka judul yang sederhana namun menyiratkan kedalaman makna. TPP dan PPT tersaji secara bergantian dalam bait per bait seolah mengalir begitu saja.
Bersama Bupati Banyuwangi |
Begitu pula pada puisi “Tata sama Rara”, judul ini mengingatkan saya pada pada puisi angkatan 1970an yang berjudul “Tragedi Sihka dan Winka” karya Sutardji Calzoum Bahri. Sepintas judul Tata sama Rara seperti nama dua orang remaja yang sedang kasmaran atau bagaimana, namun setelah saya membacanya ternyata bukan begitu. Wouw... saya terkesima dibuatnya. Sama dengan Tragedi Sihka dan Winka, Tata sama Rara hanya terdiri-dari empat suku kata namun juga bisa membentuk delapan suku kata, yakni tata(menjadi tahu sama tahu), rara(menjadi rata sama rasa). Adapun makna yang terkandung dalam puisi tersebut adalah sebuah persekongkolan untuk sebuah penyimpangan.
Ibu Ida Ernawati, Juara II Tingkat Provinsi Jawa Timur 2016 Guru Prestasi Bidang Kreativitas Pembelajaran Guru SMALB |
Kumpulan puisi Ida Ernawati secara sadar mengingatkan pembaca terhadap laku hidup. Diksi sederhana namun bermakna mampu bercengkrama indah dalam balutan rima lewat bunyi persajakan akhir yang saling melengkapi. Sehingga, pemilihan diksi, rima sangat sesuai dengan keragaman kalangan pembaca . Puisi yang telah saya gambarkan tadi adalah dua dari tiga puluh tujuh kisah kehidupan dunia masa lalu, kini, dan bahkan nanti. Di akhir tulisan ini, saya sampaikan selamat berkarya buat Ibu Ida Ernawati, sosok guru kreatif di bidang sastra yang pernah saya temui ketika kami bersama-sama memenuhi undangan sepuluh besar penulis terbaik pada Sayembara Penulisan Karya Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan di Badan Bahasa Kemdikbud 2016. Tetaplah bercerita tentang kehidupan dunia dalam bingkai karya, PUISI. Salam.
Denpasar, 11 Juli 2017
Erry Trisna Nurhayana
EmoticonEmoticon